PENDAHULUAN
A. Praktik Pendidikan dan Teori
Pendidikan
1.
Praktik Pendidikan
Menurut Redja M. (Depdikbud: IKIP
Bandung, 1991), praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang
bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek
tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan (motivasi).
2.
Teori Pendidikan
Pengertian
Teori
Menurut
Dagobert Runers (1963:317) mengemukakan tiga pengertian teori
a)
Teori merupakan suatu hipotesis tentang
segala masalah, dapat diuji, tetapi tidak perlu diuji.
b)
Teori merupakan lawan dari praktik,
merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis dari kesimpulan umum
relatif.
c)
Teori diartikan sebagai lawan dari hukuman-
hukuman dan observasi, suatu deduksi dari aksioma- aksioma dan teorema- teorema
suatu sistem yang pasti (tidak perlu diuji), secara relative kurang problematis
dan lebih banyak diterima atau diyakini.
B. Pendekatan- Pendekatan dalam Teori
Pendidikan
1.
Pendekatan Sains
Teori
pendidikan dengan pendekatan sains disebut sains pendidikan (science of education). Henderson (1959)
mengemukakan bahwa sains pendidikan pada dasrnya ingin menyumbangkan
pengetahuan yang diperoleh melalui eksperimen, analisis, pengukuran
perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan.
Jenis-
jenis sains pendidikan, Sosiologi pendidikan, Psikologi Pendidikan,
Administrasi Pendidikan, Teknologi Pendidikan, Evaluasi Pendidikan, Ekonomi
pendidikan, Pendidikan Kependudukan, Ekologi pendidikan, Bimbingan dan
penyuluhan pendidikan, pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, evaluasi
sistem pendidikan.
2.
Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis terhadap
pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-
masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
3.
Pendekatan Religi
Pendekatan religi terhadap
pendidikan, berarti bahwa suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk
menyusun teori atau konsep- konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan
untuk melaksanakan pendidikan.
4.
Pendekatan Multidisiplin
Untuk menghasilkan suatu konsep
yang komprehensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan tidak hanya
dengan menggunkan salah satu pendekatan atau disiplin saja. Yang perlu kita
lakukan adalah pendekatan yang menyeluruh, pendekatan multidisiplin yang
terpadu.
5.
Pendekatan dalam Penulisan
Filsafat merupakan hasil berpikir
manusia dalam semua aspek kehidupannya dalam hubungannya dengan alam semesta.
Pendekatan dalam penulisan filsafat- filsafat yang akan dipelajari.
BAB
II
FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Kata “filsafat” berasal
dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos”
dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara
harfiah adalah. Cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.
B. Model- Model Filsafat
1.
Filsafat Spekulatif, adalah cara
berfikir sistematis tentang segala yang ada
2.
Filsafat Preskriptif berusaha untuk
menghasilkan suatu ukuran (standard)
penilaian tentang nilai- nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, dan
penilaian tentang seni.
3.
Filsafat Analitik, dibagi menjadi dua
analitik linguistic dan analitik positivistic logis. Analitik linguistic
memusatkan perhatiannya pada analisis bahasa, kata- kata, istilah- istilah, dan
pengertian- pengertian dalam bahasa. Model analitik positivistic logis dikenal
dengan neo positivism oleh Bertrand Russel yang berakar pada dan meneruskan
filsafat positivism dari Comte yang merupakan peletak dasar pendekatan
kuantitatif dalam pengembangan ilmu (science),
dengan meletakan matematika sebagai dasar bagi semua cabang ilmu.
C. Misi Filsafat
Titus (1959)
mengemukakan bahwa terdapat tiga tugas utama filsafat, yaitu:
1.
Mendapatkan pandangan menyeluruh
2.
Menemukan makna dan nilai- nilai dari
segala sesuatu
3.
Menganalisis dan memadukan kritik
terhadap konsep- konsep.
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga
persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan masalah nilai.
1. Metafisika
Metafisika
merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul di
belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya di luar hal
yang dapat ditangkap oleh pancaindra.
2. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas
atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis
pengetahuan:
a.
Pengetahuan wahyu
b.
Pengetahuan intuitif
c.
Pengetahuan rasional
d.
Pengetahuan empiris
e.
Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan:
a.
Teori korespondensi
b.
Teori koherensi
c.
Teori pragmatism
3. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat
yang mempelajari nilai atau dengan kata lain aksiologi adalah teori nilai.
Karakteristik nilai
a.
Nilai objektif atau subjektif
b.
Nilai absolute atau berubah
Jenis- jenis nilai
a.
Etika
Etika merupakan teori tentang
nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu keusilaan yang memuat
dasar- dasar untuk berbuat susila.
b.
Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai
yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman- pengalaman kita yang
berhubungan dengan seni.
E. Filsafat dan Sains
Sains dalam arti sempit
diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan
objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat
disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
1.
Hasil sains bersifat akumulatif dan
merupakan milik bersama.
2.
Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3.
Sains bersifat objektif
Salah
satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan
hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan
filsafat bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan
menekankan secara keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada
pada bagian- bagiannya.
F. Filsafat dan Agama
Menurut
Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan
terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan
terhadap Tuhan. Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.
BAB
III
FILSAFAT
PENDIDIKAN
A. Pendidikan
1.
Makna pendidikan menurut Langeveld
adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya.
2.
Pendidikan sebagai proses transformasi
nilai bahwa pendidikan menyangkut hati nurani, nilai- nilai, perasaan,
pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang ditransformasikan dalam rangka
mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang
dimiliki masyarakat.
3.
Tujuan pendidikan untuk menghasilkan
generasi yang lebih baik, manusia- manuasia yang berkebudayaan.
4.
Alat pendidikan merupakan suatu situasi
yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi anak didik secara
pedagogis (edukatif).
5.
Pendidikan berlangsung sepanjang hayat
maksudnya bahwa pendidikan bukan hanya berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai
segera setelah anak lahir dan akan terus sampai manusia meninggal dunia.
6.
Pendidikan hanya untuk manusia, karena
hanya manusia yang dapat memperoleh pendidikan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan
menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan falsafah dalam
bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan
falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan
kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam
menyelesaikan masalah- masalah pendidikan secara praktis”
C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan
Cara keja dan hasil
filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan
manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut,
karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu,
pendidikan memerlukan filssafat.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Peran Filsafat pendidikan
harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan
orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
E. Apakah yang menentukan Filsafat
Pendidikan Seseorang
Filsafat pendidikan
terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan, merupakan
sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang
BAB
IV
MAZHAB-
MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme
memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Hakikat
manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’.
Implikasi
Pendidikan
Power
(1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal
bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar,
serta kebaikan sosial.
b. Kedudukan Siswa
Bebas untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
c. Peranan Guru
Bekerjasama dengan alam dalam
proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan
lingkungan pendidikan siswa.
d. Kurikulum
Pendidikan liberal untuk
mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh
pekerjaan.
e. Metode
Diutamakan metode dialektika,
tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
B. Filsafat Pendidikan Realisme
Pada dasarnya realisme
merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas. Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohaniah.
Implikasi
Pendidikan
Power
(1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Penyesuaian
hidup dan tanggung jawab sosial.
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai
pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang
baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk
memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil
dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup
semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan
praktis.
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman,
baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan
psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode utama bagi realisme
sebagai pengikut behaviorisme.
C. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan
spiritual, atau supernatural.
Implikasi
Pendidikan
Power
(1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
a. Tema
Manusia yang baik yang efisien
dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
b. Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan
manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan
pribadi yang kompleks.
c. Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan
yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan
sasaran perilaku.
d. Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan
kondisionisasi (SR conditioning), operant conditioning, reinforcement, pelajaran
berprogram dan kompetensi.
e. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku
ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang. Siswa
dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f. Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk
merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan
karakter hasil belajar siswa.
D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme
dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari
hubungannya dengan apa yang dilakukan.
Implikasi
Pendidikan
Power
(1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan pragmatisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Member pengalaman untuk penemuan
hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b. Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki
kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
c. Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang
dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan
kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan
praktis atau pendidikan jabatan.
d. Metode
Metode aktif,
yaitu learning by doing (belajar
sambil bekerja).
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman
belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.
E. Filsafat Pendidikan
Eksistensialisme
Filsafat
eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman- pengalaman
individu.
Implikasi
Pendidikan
Power
(1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai
berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Member bekal pengalaman yang luas
dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.
b. Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan
bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu komitmen terhadap pemenuhan
tujuan pribadi.
c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum
liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan
memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidikan
sosial, untuk mengajar “respek” (rasa
hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang
lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan
akademik, dimana mungkin guru pada hari ini , besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam
tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai harus merujuk pada cara untuk
mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan
suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Kaum progresif
mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan.
1.
Strategi
Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan
yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik
mempersiapkan siswa adalah memebekali mereka dengan strategi- strategi
pemecahan masalah.
2.
Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus
berpusat pada anak bukan memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
3.
Kritik
terhadap Proggresivisme
a.
Siswa tidak mempelajari warisan sosial
b.
Mengabaikan kurikulum yang telah
ditentukan
c.
Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
d.
Siswa menjadi orang yang mementingkan
diri sendidri
G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang
situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan,
terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang
ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan
kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan
bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang prinsip- prinsip atau gagasan-
gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat perenialisme adalah
filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina
H. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Gerakan esensialisme
muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti C. Bagley,
Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi
utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi
muda. Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
1.
Pendidikan harus dilakukan melalui usaha
keras.
2.
Inisiatif dalam pendidikan ditekankan
pada guru
3.
Inti proses pendidikan adalah asimilasi
dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
4.
Sekolah harus mempertahamkan metode-
metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
5.
Tujuan akhir pendidikan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.
I.
Filsafat
Pendidikan Rekonstruksionisme
Sebagaiaman yang
dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah harus
menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja
secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih
baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya,
sekolah- sekolah tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan
sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekonstruksinya.
Implikasi
Pendidikan
Power
(1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai
berikut:
a. Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial.
Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
b. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam
menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam
masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang
majemuk tersebut.
c. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh
didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau
disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak untuk
mendapatkan tempat dalam kurikulum.
d. Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang
dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung
jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang
budaya.
e. Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan
progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning
by doing).
f. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat
yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam member pelajaran maupun
dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.
BAB
V
ORIENTASI
PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN
A. Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic
menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung jawab personal.
Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri individu.
B. Behavioristik
Behaviorisme berdasarkan
pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan merupakan produk desain
bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan oleh tekanan- tekanan
lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson (1978-1958) adalah
perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (1904-1990) adalah
promotor terkenalnya.
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme
memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang digunakan
para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar
DAFTAR
PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
CV. Alfabeta