Kamis, 13 Desember 2012

Bedah Buku "Pengantar Filsafat Pendidikan"



BAB I
PENDAHULUAN

      A.      Praktik Pendidikan dan Teori Pendidikan
           1.    Praktik Pendidikan
Menurut Redja M. (Depdikbud: IKIP Bandung, 1991), praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan (motivasi).
            2.    Teori Pendidikan
Pengertian Teori
            Menurut Dagobert Runers (1963:317) mengemukakan tiga pengertian teori
a)      Teori merupakan suatu hipotesis tentang segala masalah, dapat diuji, tetapi tidak perlu diuji.
b)      Teori merupakan lawan dari praktik, merupakan pengetahuan yang disusun secara sistematis dari kesimpulan umum relatif.
c)      Teori diartikan sebagai lawan dari hukuman- hukuman dan observasi, suatu deduksi dari aksioma- aksioma dan teorema- teorema suatu sistem yang pasti (tidak perlu diuji), secara relative kurang problematis dan lebih banyak diterima atau diyakini.

B.       Pendekatan- Pendekatan dalam Teori Pendidikan
1.    Pendekatan Sains
Teori pendidikan dengan pendekatan sains disebut sains pendidikan (science of education). Henderson (1959) mengemukakan bahwa sains pendidikan pada dasrnya ingin menyumbangkan pengetahuan yang diperoleh melalui eksperimen, analisis, pengukuran perhitungan, klasifikasi, dan perbandingan.
Jenis- jenis sains pendidikan, Sosiologi pendidikan, Psikologi Pendidikan, Administrasi Pendidikan, Teknologi Pendidikan, Evaluasi Pendidikan, Ekonomi pendidikan, Pendidikan Kependudukan, Ekologi pendidikan, Bimbingan dan penyuluhan pendidikan, pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, evaluasi sistem pendidikan.
2.    Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah- masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
3.    Pendekatan Religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan, berarti bahwa suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep- konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan pendidikan.
4.    Pendekatan Multidisiplin
Untuk menghasilkan suatu konsep yang komprehensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan tidak hanya dengan menggunkan salah satu pendekatan atau disiplin saja. Yang perlu kita lakukan adalah pendekatan yang menyeluruh, pendekatan multidisiplin yang terpadu.
5.    Pendekatan dalam Penulisan
Filsafat merupakan hasil berpikir manusia dalam semua aspek kehidupannya dalam hubungannya dengan alam semesta. Pendekatan dalam penulisan filsafat- filsafat yang akan dipelajari.


BAB II
FILSAFAT

A.      Pengertian Filsafat
Kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah. Cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.

B.       Model- Model Filsafat
1.    Filsafat Spekulatif, adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada
2.    Filsafat Preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standard) penilaian tentang nilai- nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, dan penilaian tentang seni.
3.    Filsafat Analitik, dibagi menjadi dua analitik linguistic dan analitik positivistic logis. Analitik linguistic memusatkan perhatiannya pada analisis bahasa, kata- kata, istilah- istilah, dan pengertian- pengertian dalam bahasa. Model analitik positivistic logis dikenal dengan neo positivism oleh Bertrand Russel yang berakar pada dan meneruskan filsafat positivism dari Comte yang merupakan peletak dasar pendekatan kuantitatif dalam pengembangan ilmu (science), dengan meletakan matematika sebagai dasar bagi semua cabang ilmu.
C.      Misi Filsafat
Titus (1959) mengemukakan bahwa terdapat tiga tugas utama filsafat, yaitu:
1.         Mendapatkan pandangan menyeluruh
2.         Menemukan makna dan nilai- nilai dari segala sesuatu
3.         Menganalisis dan memadukan kritik terhadap konsep- konsep.

D.      Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pkok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan masalah nilai.
1.    Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya di luar hal yang dapat ditangkap oleh pancaindra.
2.    Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
Jenis- jenis pengetahuan:
a.    Pengetahuan wahyu
b.    Pengetahuan intuitif
c.    Pengetahuan rasional
d.   Pengetahuan empiris
e.    Pengetahuan otoritas
Teori pengetahuan:
a.    Teori korespondensi
b.    Teori koherensi
c.    Teori pragmatism
3.    Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain aksiologi adalah teori nilai.
Karakteristik nilai
a.    Nilai objektif atau subjektif
b.    Nilai absolute atau berubah
Jenis- jenis nilai
a.    Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b.    Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman- pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
E.       Filsafat dan Sains
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat disentuh dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
1.      Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2.      Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.
3.      Sains bersifat objektif
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat bersifat pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.

F.       Filsafat dan Agama
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan. Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.


BAB III
FILSAFAT PENDIDIKAN

A.      Pendidikan
1.    Makna pendidikan menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
2.    Pendidikan sebagai proses transformasi nilai bahwa pendidikan menyangkut hati nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Nilai- nilai yang ditransformasikan dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
3.    Tujuan pendidikan untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia- manuasia yang berkebudayaan.
4.    Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis (edukatif).
5.    Pendidikan berlangsung sepanjang hayat maksudnya bahwa pendidikan bukan hanya berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai segera setelah anak lahir dan akan terus sampai manusia meninggal dunia.
6.    Pendidikan hanya untuk manusia, karena hanya manusia yang dapat memperoleh pendidikan.

B.       Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan- kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah- masalah pendidikan secara praktis”


C.      Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu, pendidikan memerlukan filssafat.

D.      Peranan Filsafat Pendidikan
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.

E.       Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan, merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang


BAB IV
MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN

A.      Filsafat Pendidikan Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’.
Implikasi Pendidikan
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a.    Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
b.   Kedudukan Siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/ bakatnya.
c.    Peranan Guru
Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
d.   Kurikulum
Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
e.    Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

B.       Filsafat Pendidikan Realisme
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah.
Implikasi Pendidikan
Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme sebagai berikut:
a.    Tujuan Pendidikan
Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
b.   Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c.    Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi dari siswa.
d.   Kurikulum
Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
e.    Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning  (SR) merupakan metode utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

C.      Filsafat Pendidikan Materialisme
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan spiritual, atau supernatural.
Implikasi Pendidikan
Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
a.    Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
b.   Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
c.    Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
d.   Metode
Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
e.    Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f.     Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

D.      Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dilakukan.
Implikasi Pendidikan
Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan pragmatisme sebagai berikut:


a.    Tujuan pendidikan
Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b.   Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
c.    Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
d.   Metode
Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).
e.    Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan kebutuhannya.

E.       Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman- pengalaman individu.
Implikasi Pendidikan
Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai berikut:
a.    Tujuan Pendidikan
Member bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.
b.   Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.


c.    Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah diajarkan pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua. Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan konflik.
d.   Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari ini , besok lusa mungkin menjadi murid.
e.    Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.

F.       Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai tujuan.
            1.    Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah memebekali mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
            2.    Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
            3.    Kritik terhadap Proggresivisme
a.    Siswa tidak mempelajari warisan sosial
b.    Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
c.    Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
d.   Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri

G.      Filsafat Pendidikan Perenilaisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina

H.      Filsafat Pendidikan Esensialisme
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda. Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
      1.      Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras.
      2.      Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
      3.      Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
      4.      Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.
      5.      Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.

I.         Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah tidak harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekonstruksinya.
Implikasi Pendidikan
Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
a.    Tema
Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.

b.   Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya yang majemuk tersebut.
c.    Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
d.   Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga. Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima semua latar belakang budaya.
e.    Metode
Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by doing).
f.     Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.

BAB V
ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT PENDIDIKAN

A.      Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri individu.

B.       Behavioristik
Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan oleh tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson (1978-1958) adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (1904-1990) adalah promotor terkenalnya.

C.      Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar





DAFTAR PUSTAKA

Sadulloh, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta